January 5, 2008

CINTA PASAR GELAP

Dia pulang dengan darah yang mengalir deras di mukanya.
“Kenapa kalian ?”, tanya Ricky.
“Habis berkelahi.” , jawab Eka.
“Sama siapa ?! Kenapa ? kok bisa ?”
“Tanyanya satu-satu dong, ini kan juga capek, sakit lagi. Tanya ama Axl aja deh.”, jawab Eka.
“Ceritain dong, jangan bikin penasaran deh.”
“Cerewet kau, aku cuma nemenin Eka, ada orang yang ngganggu temenku, Eka juga tahu temenku, temenku itu namanya Aya. Dia diganngguin sama orang yang nggak dikenal lewat sms. Aku sama Eka nemuin dia, karena dia bikin kesal makanya aku berkelahi sama dia.”, jawab Axl.
Axl dan Aya bersekolah di SMA 10 Yogyakarta, sedangkan Eka bersekolah di STM PIRI 2 Yogyakarta. Aya seorang gadis yang berkulit putih dan memakai kerudung, dia dudk di bangku kelas XII IPA.
Di rumah Aya, pagi itu hp-nya berbunyi dan ada pesan masuk, pesan itu bertuliskan :
“Aya, aku minta maaf. Aku disuruh temen-temenmu minta maaf ma kamu, Aku juga minta maaf karena nggak percaya kalau nomor hp-mu itu bukan milik Retno. Makasih.”
Aya pun dengan besar hati memaafkan lelaki itu. Beberapa bulan setelah itu Aya selalu ditanya sama Retno tentang kejadian itu. Ternyata lelaki itu kini mengganggu Retno.
Retno seorang gadis yang berkulit hitam, berambut hitam dan panjang. Dia sekelas dengan Aya. Kini lelaki itu sering mengganggu Retno, akhirnya Aya meminta bantuan Axl. Namun, Axl tidak mau membantunya karena Axl merasa tidak mempunyai hubungan apapun dengan Retno.
Dalam beberapa hari terakhir ini Retno selalu menerima telepon ataupun sms yang isinya mengajak Retno untuk ML (hubungan badan/sex), bahkan sampai telepon dan sms di nomor hp ayahnya. Akhirnya diketahui bahwa lelaki itu menggunakan media chatting untuk mengganggu Retno. Hal itu membuatnya bingung dan stress. Ayahnya pun sering marah kepadanya karena nomor itu merupakan nomor yang penting untuk pekerjaan ayahnya.
Senin 26 November, Retno berangkat sekolah dengan mengenakan jaket berwarna pink. Dia kelihatan pucat saat itu. Ternyata dia sedang sakit. Pada istirahat pertama dia menemui Axl. Namun, bel masuk sudah berbunyi. Akhirnya dia menemui Axl pada saat pulang sekolah. Dia bersama temannya yang bernama Prima, seorang gadis gemuk yang berkulit putih, berambut hitam dan panjang. Prima memanggil Axl untuk menemui Retno.
“Axl ! sini!” ucapnya.
Prima yang bercerita dengan Axl mengenai masalah Retno karena Retno sedang sakit saat itu. Dia bercerita dengan cepat dan menanyai Axl, namun Axl hanya sambil lalu mendengarkan dia karena saat itu cuaca sangat panas dan Axl pun baru sakit.
“Kamu tahu orang itu kan ? mbok jelasin orangnya itu kayak apa! Biar kita tahu.”
“Iya, aku sih nggak apa-apa kalau dia ngganggunya di nomorku, tapi kalau di nomor papaku, aku nggak trima. Dia itu maunya aku ketemuan sama dia ditemenin orang yang mukulin dia sama pacarku.”, kata Retno.
“Ya udah, ganti nomor aja.”, jawab Axl.
“Kamu kan dah punya pacar, kalau gitu harusnya yang nyelesain masalah ini pacar kamu atau keluargamu bukannya aku.”, gumam Axl.
Suasana saat itu sangat panas, teman-teman Axl pun menggoda Axl yang sedang berbicara dengan Retno dan Prima. Karena kesal Prima dan Retno pergi ke luar. Axl menuju ke teman-temannya dengan wajah seperti biasanya.
Sebenarnya Axl mau membantu Retno, tetapi dia selalu berpikr bahwa dia bukan siapa-siapa Retno maka dia tidak punya kewajiban untuk membantunya, seharusnya pacarnya atau keluarganya yang membantu dia. Lagipula dia juga tidak mau terlihat sok pahlawan dengan menolong Retno.
Sabtu 1 Desember, dalam seminggu ini Axl pikirannya dipenuhi dengan masalah Retno, dia sebenarnya ingin membantu tetapi takut bila dikira sok pahlawan. Dan juga karena dia hanya punya waktu unuk keluar malam minggu ini. Akhirnya dia memutuskan untuk membantu Retno tanpa sepengetahuan Retno.
Sepulang sekolah dia mencari Eka. Karena Axl tidak punya nomor lelaki itu dan dia berharap Eka masih menyimpan nomor lelaki itu. Dia berkeliling mencari Eka sampai sore hari. Akhirnya pengorbanannya tidak sia-sia, dia menemukan Eka di Lempuyangan. Dia menjelaskan pada Eka dan meminta nomornya.
“Emangnya siapa sih cewek itu ? apa hubungannya sama kamu ?”, tanya Eka.
“Dia bukan sapa-sapaku sih, tapi aku mau bantu aja. Udah mana nomornya.”
“Heh! Kau itu bodoh ya! Hanya karena cewek yang bukan sapa-sapa kamu, kamu mau ngorbanin darah kamu! Kamu gila! Suruh pacarnya aja yang bantu dia! Aku nggak bisa bantuin kamu, udah lupain aja!”, kata Eka.
“Ka, tolonglah. Aku sebenarnya suka sama dia tapi ya gimana lagi, dia sudah punya pacar. Aku nggak mau jadi pengganggu dalam cinta mereka. Kan cinta nggak harus memiliki, iya kan! Ha..ha..”
“Persetan dengan cinta! Aku mau bantuin kamu tapi aku harus ikut, gimana ?”
“Ya udah, cepetan mana nomornya.”
Mereka menghubungi lelaki itu dan dengan kalihaian bicara mereka berhasil mengajaknya untuk bertemu. Mereka pergi ke Bunderan UGM dan menemui sekelompok orang di sana.
“Ka, udah ini urusanku. Kau udah lihat sendiri kan, kita cuma berdua. Sedangkan dia sama banyak temannya.”, kata Axl.
“Hei, kalau dengan kita dipukuli dan urusannya beres sih aku nggak masalah, mungkin cuma sakit bentar doang. Kadang dalam hidup kita harus bertarung demi cinta. Iya kan!”, tutur Eka.
Akhirnya mereka menemui lelaki itu. Mereka berbicara dengan dia. Karena Eka tidak mengetahui duduk persoalannya maka dia hanya diam. Sedangkan Axl yang tidak terlalu paham dengan masalah Retno terpaksa mencari akal. Dia terpaksa mengakui Retno sebagai pacarnya. Karena terkejut bahwa yang menjadi pacarnya adalah Axl maka dia meminta maaf karena tidak mengetahui hal itu. Axl pun memaafkan lelaki itu, Axl pun menyuruh lelaki itu meminta maaf kepada Retno dan Ayahnya, tanpa menyebut nama mereka. Axl meninggalkan mereka sebentar untuk membeli makanan dan minuman untuk mereka. Dan dia pun melihat hp-lelaki itu.
“Hei, bukankah sudah kubilang untuk tidak menyebut nama kami. Kenapa masih kau tulis juga?”, tanya Axl.
“Axl, itu bukan salahnya dia. Aku yang nyuruh. Kau mungkin nggak mau namamu disebut, tapi aku mau.”, jawab Eka.
Axl yang sudah kecapekan tidak terlalu menggubrisnya, dia mempersilakan mereka semua untuk makan dan minum.
“Mas, nomor hp ini sudah nggak kuperluin lagi, nomor ini kuberikan buat kalian.”, kata lelaki itu.
“Nggak ah, nomor itu kan sudah dihapalin Retno, ntar dikira aku lagi yang ngganggu dia selama ini.”, kata Axl.
“Kau mungkin nggak mau, tapi aku mau. Mana nomornya?”, kata Eka.
Akirnya masalah itu pun bisa diselesaikan dengan damai.
Minggu malam, 2 Desember.
“Axl, ada sms nih, nomornya nggak dikenal, ku buka ya!”, kata Eka.
“Buka aja, apa isinya?”, tanya Axl.
“Ha..ha..ha, bener kan yang ku bilang, nggak ada gunanya nolongin cewek yang nggak ada hubungan apapun sama kamu. Nih baca sendiri!”
“Axl, makasih udah mau nemuin dia, yang nyuruh Gilang ya ? makasih semua udah kelar. Tapi sebenernya dia itu sapa? Retno.”
“Wah sia-sia dong darah dan keringat yang kau keluarin. Dia menganggap kau disuruh sama orang lain. Mang sapa tuh Gilang? Pacarnya?”, kata Eka.
“Bukan, dia temenku. Lagipula aku rela kok nglakuin ini demi dia, bahkan walaupun dia nggak tahu bahwa yang nolong dia itu aku. Ngerti nggak?”, jawab Axl.
“Terserah kau deh, dibalas nggak nih sms?”, tanya Eka.
“Nggak usah. Udah ah, aku mau pulang, mau tidur. Biar kuat menyongsong esok hari yang cerah. Haha. Bersulang!”, kata Axl.

No comments: