January 5, 2008

Globalisasi

Globalisasi adalah arus yang tidak dapat dibendung Kalau kita melihat apa yang terjadi dalam proses kehidupan atau civilization, GLOBALISASI merupakan takdir alamiah dari kehidupan kemanusiaan yang tidak dapat dihindari. Walaupun dalam proses ini pada awalnya tidak selalu menguntungkan semua pihak, tetapi proses ini akan tetap terjadi secara alami.
Mengapa proses ini terjadi?
* Informasi semakin mudah tercapai, terutama perkembangan information super highway / global highway (Internet). Selain itu pelosok-pelosok dunia juga semakin mudah terjangkau dengan kemudahan transportasi. * Globalisasi merupakan impian yang sudah lama berjalan bagi tercapainya kesatuan dunia tanpa discriminasi.
* Kehilangan nasionalisme, dimana manusia dapat hidup bebas dimana saja yang terbaik dan paling sesuai baginya. * Pergaulan dan pemahaman manusia terhadap budaya yang berbedah semakin baik, semakin menghilangnya rasa kecurigaan antara bangsa. * Sistim ekonomi, pemerintahan dan kemanusian yang semakin sejajar dan sependapat antara bangsa. * Ketergantungan antara negara dalam bidang ekonomi, sosial dan stabilitas politik.
Pengaruh budaya, informasi dan teknologi. Gambaran yang lebih mudah dilihat adalah dari sejarah, dimana beberapa kerajaan kecil mengalami proses menjadi suatu republik/ negara, karena perubahan zaman dimana semua daerah saling bergantungan dan mempunyai kepentingan yang sama, yaitu kemakmuran bersama daripada takluk pada kekuasaan individul yang tidak dapat memberikan jaminan kesejateraan untuk masa depan.
Contoh suku yang hidup didunia primitif merasa kaya dan makmur dengan segala kesedeharnaan yang dimilikinya. Setelah mereka melihat dan merasakan kehidupan dunia yang lebih maju, mereka mulai resah dan meresa kekurangan (Jadi kaya dan miskin tergantung dari perbandingan).
Mau tidak mau setelah sadar akan segala kekurangan, proses alami akan terjadi dimana suku ini tidak lagi memiliki kesatuan seperti sebelumnya, mereka akan mencari yang terbaik bagi kehidupannya. Misalnya sekolah, pengobatan, perumahan yang lebih layak dll. Mereka tidak akan takluk lagi pada kehidupan suku yang serba kekurangan, tetapi mereka akan mengikuti kekuasaan lain yang memberi kepuasan dan jaminan bagi kelangsungan hidupnya.
Bagaimana kerasnya seorang kepala suku, perubahan ini tidak dapat dibendung, malah dia sendiripun akan terbawa arus dan kehilangan adat budaya dan pengaruh terhadap sukunya. Lambat laun suku ini dan segala adatnya akan punah oleh perubahan yang lebih menjamin kesejateraan dibawah pengaruh kekuasaan yang jauh lebih besar dan superior.
Perubahan perekonomian daerah oleh pendatang dari kota-kota besar Contoh dalam skala kecil dapat kita lihat seperti pengaruh dari investor kota besar tehadap kehidupan didaerah kecil. Pada tahun 1980 industri perkayuan mulai bangkit di kalimantan selatan. Pada saat itu kota Banjarmasin sangat sunyi, kehidupan sangat primitif. Kedaraan bermotor hampir tidak ada, listrik terbatas dan keamanan tidak terjamin.
Setelah perindustrian mulai memadati tepi-tepi sungai Barito, rakyat setempat mulai bertanya, siapa pemiliknya? Hampir semua industri milik pengusaha dari kota-kota besar terutama Jakarta. Lalu apa yang dimiliki penduduk setempat, kalau tanah dan ladang sebagian besar sudah dibeli pengusaha dari luar kota untuk keperluan industri? Begitu juga toko-toko yang besar milik pendatang yang lebih baik telah menggeser pengusaha lokal yang tergolong ekonomi lemah.
Proses terus berjalan, walaupun mengundang protes dalam hati rakyat setempat. Kurang lebih tiga tahun kemudian, kota banjarmasin semakin makmur dan rakyat setempat mulai menikmati hidup yang lebih kecukupan dan nyaman. Mereka mulai belajar dari pengusaha-pengusaha luar dan banyak yang mendirikan usaha sendiri, misalnya menjadi pemasok bahan baku, sparepart. Ada juga yang mendirikan industri kecil dengan dukungan bank yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Kini mereka memiliki lapangan kerja yang semakin bertambah, fasilitas umum, pendidikan dan rumah sakit yang lebih baik, dan masa depan yang lebih terjamin bagi keluarga mereka. Dalam segala kecukupan dan kenyamanan, mereka sudah tidak lagi mempermasalakan pendatang-pendatang dari kota besar. Karena pendatang inilah yang memberi pengetahuan dan kemakmuran yang sebelumnya tidak pernah dinikmati.
Dalam roda proses ini telah tercipta beberapa pengusahawan lokal yang sangat sukses. Tetapi hampir semuanya pindah keibu kota Jakarta, atau paling tidak uangnya disimpan di Jakarta atau punya perusahaan di Jakarta dan beroperasi di Banjarmasin. Ini bukan karena mereka melupakan kampung halaman tetapi, karena diJakarta mempunyai infrastruktur yang lebih lengkap untuk perbakan, informasi dan pemerintahan.
Bagi masyarakat di Banjarmasin yang pindah ke Jakarta adalah tetap orang Banjarmasin, walaupun perusahaannya berdomisili Jakarta berusaha di Banjarmasin. Jadi apa bedanya dengan pendatang, yang bukan kelahiran ? Apakah ini hanya masalah gengsi dari status kelahiran? Hal ini sering dipolitisirkan, pada hal rakyat tidak peduli, yang penting kehidupan mereka lebih baik.
Kalau orang daerah kecil kecewa karena aset di daerahnya semua dimiliki pendatang dari kota, mengapa orang kota tidak merasa kecewa kalau begitu banyak konglomerat berasal dari daerah? Selama orang daerah merasa kontribusi dari pendatang luar kota itu baik bagi perkembangan daerahnya maka kekecewaan itu akan hilang. Bagi orang diibu kota tidak keberatan terhadap konlomerat yang berasal dari daerah, karena dari manapun asal konglomerat itu, mereka selalu berperan dalam pembangunan perekonomian diibu kota
Globalisasi adalah perubahan dalam skala besar Seperti yang terjadi antara daerah kecil dan pendatang dari kota besar, maka dalam Globalisasi, kita akan mengalami situasi yang sangat mirip, hanya dalam skala yang lebih besar. Indonesia bagaikan daerah kecil dan negara maju seperti Amerika bagaikan kota besar / ibu kota.
Indonesia dalam perbandingan dalam skala global, kita masih tertinggal secara fisik dan budaya. Sehingga investor asing yang ber skala Global/ internasional akan lebih efisien menjalankan usahanya di Indonesia daripadaa pengusaha nasional/lokal, karena kesiapan dan luasnya jangkauan mereka dipasar global. Mereka akan lebih mampu berusaha dalam skala besar dibandingkan lokal masih jago kandang. Kita tidak akan cost efisien dengan skala kecil, belum lagi permodalan mereka yang hampir tidak terbatas, karena kemampuan financial system mereka yang jauh lebih baik dan maju.
Pada akhirnya kita hanya gigit jari melihat proses ini, tetapi semua ini tidak dapat terbendung. Pemerintah akan berperan seperti satpam untuk mengamankan asset milik asing. Kata asing pun sudah tidak jelas lagi, karena sipa saja dapat membeli saham perusahaan multinassional ini melalui bursa, jadi kepemilikanpun dapat berubah setiap saat, bisa saja dimiliki orang Indonesia sendiri melalui bursa di Amerika.
Tetapi ini bukan tidak akan berubah, setelah nanti kita lebih banyak belajar dari pengusaha-pengusaha raksasa ini kitapun mampu berkaliber internasional/global, hanya pertanyaanya adalah kapan kita siap? Lalu setelah kita mampu, itupun hanya masaalah gengsi, karena pada saat walaupun pendirinya dari bangsa Indonesia, ia akan tetap mangkal di Amerika dan lambat laun juga akan menjelma menjadi multinasional yang sahamnya dimiliki investor diseluruh dunia.
Nasionalisme dan Globalisasi Andaikan seorang pengusaha Indonesia yang sudah sukses secara global, pasti dia akan berpusat di negara maju seperti Amerika atau Jepang yang jelas lebih lengkap dengan segala fasilitas global.. Atau beroperasi dari Amerika, berproduksi di Indonesia dan berdomosili di negara yang bebas pajak dan tinggal di sebuah villa di Eropa. dan setiap hari meeting lewat Internet dari berbagai negara.
Kalau dalam era global investor multinasional dapat memberikan kehidupan yang lebih stabil, adil dan makmur, mungkin banyak dari kita akan lupa akan nasionalisme dan negara kita akan dipandang bagaikan satu propinsi dari dunia yang bersatu. . Seperti halnya orang dari daerah kecil yang selalu pindah ke ibu kota setelah berhasil dalam usahanya.
Kehidupan dalam Globalisasi Kita membayangkan kehidupan globalisasi adalah kehidupan dalam satu sistim, satu bahasa dan satu ekonomi dan mata uang diseluruh dunia, sementara kita tidak perlu mengira tahun berapa proses ini selesai, tetapi proses sudah berjalan dan akan tetap berlangsung.
Satu sistem Satu sistem berarti kita harus setujuh dengan satu aturan main, dalam perekonomian maupun hukum kemanusian. Berarti peran PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) akan lebih nyata untuk berperan mengnangulangi konflik perbedahan pandang. Pada akhirnya negara yang paling demokratislah yang akan berperan sebagai penguasa.
Contoh dulu sebelum Jepang menganut sistim acounting internasional, perbankan di Jepang sangat unggul. Ini karena aturan pembukuan dan peraturan main yang berbeda. Tetapi setelah mereka mengikuti aturan internasional, langsung mereka mengalami kesulitan, bahkan pailit. Mengapa mereka mengikuti arus perubahan itu kalau tidak menguntungkan. Ini adalah karena sesuatu yang tidak dapat dielakan, mereka tetap harus mengikuti sistim aturan main majoritas yang langsung berhubungan dengan perekonomian mereka, dan aturan baru ini dianggap lebih adil. Kalau mereka ingin cara sendiri maka mereka akan tersingkir dalam perekonomian yang semakin global.
Dalam percaturan business global, mau tidak mau kita harus bermain dengan aturan main yang sama, tidak mungkin kita bermain dengan cara semau kita sendiri. Selain kalau kita tidak ingin berhubungan dengan dunia luar. Atau kita tertutup dari dunia luar seperti China selama 30 tahun. Bagi China itupun merupakan suatu pengalaman yang sangat pahit, bahkan sering dianggap langkah yang salah dan disesalkan.
Satu ekonomi Satu ekonomi berarti tidak ada batas pasar, dimana siapapun dapat ...
Sumber : www.wikisourch.com

No comments: